Wednesday, November 19, 2008

Pikiran Manusia Bisa di Baca Lewat Software

Pepatah yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan jembatan antara sesama manusia direspons serius kalangan ilmuwan. Sekawanan peneliti dari Belanda baru-baru ini mengembangkan sebuah peranti lunak yang bisa menerjemahkan bahasa dari pikiran seseorang, sekaligus menebak siapa yang mengatakannya.

Untuk melancarkan penelitian itu, sekumpulan orang pintar dari Maastricht University melatih sebuah peranti lunak dengan memberdayakan sebuah alat pemindai resonansi magnetik (fMRI). Kombinasi keduanya mampu menelusuri aktivitas otak dari tujuh partisipan selagi mereka mendengarkan tiga pembicara berbeda yang menuturkan ucapan vokal sederhana.

Dalam penjelasan tentang penelitian ini, para ilmuwan yang terlibat bertestimoni bahwa setiap pembicara dan setiap suara yang terdengar, menciptakan ciri khas istimewa dalam lapisan luar otak pendengar, daerah yang berkenaan dengan pendengaran. Ciri-ciri khas yang berhasil ditangkap tersebut dimanfaatkan peneliti untuk mengartikan sandi dan menentukan siapa yang bertindak sebagai pendengar dan apa yang mereka katakan.

“Dalam penelitian ini kami menciptakan semacam alat yang bisa mengenali perkataan seseorang yang berbasis pada aktivitas otak pendengar. Kegiatan ini merupakan penelitian perdana yang mampu membedakan dua suara manusia atau dua suara yang spesifik,” papar ketua tim peneliti Maastricht University, Elia Formisano, seperti dilansir dari New Scientist.

Selain mampu mengungkap suara dari hasil aktivitas otak, penelitian ini juga membuahkan hasil berupa penemuan fakta yang memaparkan cara kerja otak dalam mengolah sebuah perkataan. Tim peneliti ini mengamati bahwa perkataan manusia, walaupun dituturkan oleh orang yang berbeda-beda dengan isi perkataan yang sarat dengan huruf vokal, mempunyai ciri khas yang sama persis di semua otak manusia. Berdasarkan itulah peneliti berani mengklaim bahwa kombinasi antar pembicara dan suara yang dikeluarkan mampu dikenali software ciptaan mereka.

“Ucapan vokal memang bukan perkataan yang berarti, namun sebenarnya perkataan tersebut sudah sebuah bahasa. Huruf-huruf vokal itulah yang membentuk bahasa,” terang Formisano lagi.

Dalam perkembangannya nanti, sekawanan ilmuwan ini berharap bisa mengembangkan sebuah sistem yang mampu mengenali suara yang jauh lebih kompleks tanpa harus dilatih terlebih dahulu, bahkan di tempat yang ramai sekalipun.