Saturday, January 10, 2009

Kisah Bocah-Bocah Pahlawan Palestina Syahid



PalestinaTiga bocah itu mengemas tas mereka sepulang sekolah Selasa sore itu di distrik Sheikh Rudwan, di kota Gaza. Mereka beritahu orang tua kalau mereka akan pergi ke rumah teman, dan merancang sebuah serangan ke satu pemukiman ilegal Yahudi di dekat Gaza. Senjata mereka hanyalah empat pisau, sebuah kampak dan bahan peledak rakitan yang masih kasar. Namun tentara Israel keburu menghajar bocah-bocah itu hingga tewas di tengah malam yang sepi. Too young too die?

Tiga sekawan muda itu terkapar bersimbah darah sewaktu merangkak masuk menuju pemukiman

Apakah mereka korban atau pahlawan? Para remaja yang dalam usia internasional digolongkan masih anak-anak ini telah meniru orang yang lebih tua dari mereka dalam berjuang intifada. Mereka mencerminkan semangat pembalasan terhadap kebiadaban Israel di tanah mereka, yang setiap saat tampak di pelupuk mata.

Ketiga anak itu ingin menyusup masuk pemukiman ilegal Netzarim yang dihuni warga Yahudi Israel. Ketiga bocah, Youssef Zaqout, Anwar Hamdouna dan Ismail Abu Nadi berjalan enam kilometer menuju pemukiman berpenduduk 6.000 Yahudi, tapi dijaga 10.000 tentara Israel.

Ribuan rakyat Palestina mengantar ketiga pahlawan muda itu ke satu pemakaman di Kota Gaza. Bocah-bocah itu tewas dalam misi martir mereka, namun mereka telah mantap menyambut kematian syahid itu. Mereka tinggalkan catatan kepada keluarga dengan mengabarkan mereka mencari ?mati syahid? dan meminta maaf.

Dalam pesan perpisahan, Zaqout menulis kepada ibunya: ?Oh Ummi, berbahagialah bersamaku. Aku minta anda berdoa kepada Allah semoga operasi syuhadaku sukses. Aku persembahkan jiwaku karena Allah dan tanah air.?

Lalu Abu Naid menulis, ?Ayah, Ibu, maafkan aku. Aku akan melaksanakan operasi syuhada terhadap satu pemukiman.?

Ketika ditanya apakah ia paham dengan motif anaknya Zaqout, sang ibu menjawab,? Anak-anak disiksa oleh apa yang mereka lihat di televisi. Israel menyebabkan semua orang Palestina, termasuk anak-anak, dengan tanpa pilihan kecuali mati.?

Siapa yang menangis, siapa yang tertawa? Para orang tua sedih, sebelia itu mereka sudah berjihad karena tak lagi tahan dengan apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan: penindasan brutal Israel di bumi Palestina merdeka. Cemaslah para orang tua dengan nasib anak-anak mereka. Akan banyak martir muda lainnya menyusul?

Telah meluaslah para syuhada Palestina, tak hanya pria dewasa dan perempuan, tapi juga remaja dan anak-anak. Dunia tampaknya tak bisa membantu rakyat Palestina, mungkin begitu alasannya. Lihatlah, betapa heroiknya anak-anak itu merasa diri mereka. Tiga remaja satu sekolah berusia 14 tahun rela berjihad, meski perjuangan mereka terlalu mudah dihadang tentara Israel yang menembaki mereka hingga tewas.

Sesepuh dan pendiri Hamas, Sheikh Ahmned Yassin, menyampaikan keprihatinan dan menggambarkan aksi anak SMP itu sebagai ?bencana nasional.? Bocah-bocah itu bukanlah anggota dari kelompok perlawanan manapun. Namun mereka beraksi atas nama mereka sendiri: anak-anak Palestina yang ingin merdeka dari Israel.

Isi Kamar Remaja

Tengok lagi polah remaja Palestia lainnya. Inilah isi kamar tidur remaja Palestina di satu kamp pengungsi. Tak ada poster grup Linkin? Park, apalagi Britney Spears. Di kamar Ali (bukan nama sebenarnya) ada selusin bom pipa di samping tempat tidurnya. Lalu ia membuka lemari bajunya, ada tiga jaket tentara Israel dan helm lusuh. Lalu ia mengacak-acak laci mencari potongan amunisi, dan duduk di lantai memegang dua senjata Kalashnikov.

Kamar tidur itu jadi persembunyian sel termuda pejuang Palestina di kamp, sebuah benteng militansi di Tepi Barat. Israel mengklaim berhasil melumpuhkan jaringan militansi Palestina dalam agresi militer berdarahnya selama tiga pekan. Namun, di kamar itu delapan remaja pria berkumpul di sisa-sisa jaringan itu tatkala Israel mengobrak-abrik, menewaskan dan menangkapi para pejuang senior.

Inilah generasi Palestina berikutnya, yang lapar untuk berjihad, menuntut darah Palestina yang ditumpahkan Zionis Israel.

Pers AS dan warga mereka menyalahkan anak-anak dan orang tua Palestina (seolah Israel dan pemerintah AS tak pernah salah.)

Bagi Israel, kematian bocah-bocah Palestina ibarat catatan rutin tak ada artinya. Seorang jubir militer Israel mengatakan, ?IDF [Pasukan Pertahanan Israel] mengidentifikasi tiga sosok mencurigakan merangkah beberapa meter dari pagar yang melindungi Netzarim. Mereka memulai tembakan dan ketiganya ditewaskan.? Khas Israel, khas Zionis.


Terpengaruh Israel
Banyak yang heran dengan tingkah anak-anak palestina. Abu Hayn yang melakukan kajian kenapa remaja Palestina berbondong-bondong jadi martir mengatakan bahwa 100 persen anak Palestina telah melihat kekerasan Israel. Aksi Zionis itu seperti penembakan, memborbardir rumah dan lainnya. ?Sepertiga anak yang terlibat dalam survei mengatakan mereka terpengaruh dengan kekerasan tentara Israel, 90% mengatakan ingin ikut berintifada dan 63 persen mengaku ingin jadi martir,? katanya mengutip survei itu.

sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1336183

No comments:

Post a Comment

walau halangan rintangan membentang tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran ! hhaha