Thursday, December 11, 2008

Obama Janji Tak Merokok di Gedung Putih

WASHINGTON - Presiden terpilih AS, Barack Obama, tak bisa memberikan jawaban langsung saat ditanya pada sebuah acara bincang-bincang AS.


Di sebuah negara tempat rokok dituding bertanggungjawab atas satu dari lima kematian dan merokok menyebabkan keluarnya biaya puluhan miliar dolar dalam perawatan kesehatan, Obama telah mendapat tekanan untuk menjadi panutan dengan menghentikan kebiasaannya yang konon sudah berlangsung dua dasawarsa.

Tampil dalam tayangan NBC "Meet the Press", pewawancara Tom Brokaw mengemukakan kepada Obama ia telah mengelak menjawab pertanyaan dalam wawancara bulan lalu dengan Barbara Walters dari ABC.

Mengetahui bahwa Gedung Putih merupakan zona dilarang merokok, Brokaw bertanya kepada Obama, "Apakah Anda telah berhenti Merokok?"

"Saya sudah berhenti," jawab Obama, sambil tersenyum lebar. "Apa yang saya katakan adalah ada beberapa kali saya tak tahan untuk merokok."

"Tunggu sebentar," Brokaw menyela, "itu berarti Anda belum berhenti kan."

"Ya begitulah," ujar Obama, seperti dilaporkan AFP. "Apa yang saya ingin katakan adalah saya telah melakukan pekerjaan yang tak menyenangkan untuk membuat saya lebih sehat. Anda kan tak akan melihat pelanggaran apapun mengenai ketentuan ini di Gedung Putih."

Obama sering terlihat dalam rangkaian kampanyenya mengunyah permen Nicorette, yang membantunya menghentikan kegemarannya terhadap rokok. Ia sudah berusaha beberapa kali untuk berhenti.

Kesehatannya baik

Presiden terpilih berusia 47 tahun itu, yang akan memangku jabatannya pada 20 Januari, setiap hari berolahraga di bangsal senam dan kadangkala bermain basket.

Dokternya menyatakan pada Mei lalu kesehatan sangat baik, sering jogging sejauh lima kilometer sehari dan sehat untuk mengemban tugas sebagai presiden.

Laman Internet www.cigaraficionado.com menyatakan Gerald Ford, yang memerintah dari 1974 hingga 1977, adalah presiden AS terakhir yang merokok secara reguler.

Larangan merokok di Gedung Putih diberlakukan oleh mantan Ibu Negara Hillary Clinton, kini calon menteri luar negeri.