Wednesday, December 17, 2008

Tangan dan Jari Kaki Diamputasi, Pasien RS Elisabeth Lapor Polisi


Lestiyanto didampingi ibunya ketika melaporkan dugaan malapraktik yang menimpanya ke SPK Polresta Semarang Selatan, Selasa (16/12). (Foto Saptoko Joko)
Lestiyanto Agustiawan (23) warga Pedurungan Kidul RT 2 RW 1 harus menjalani amputasi pada tangan kiri dan jari-jari kakinya. Diduga pemuda tersebut menjadi korban malapraktik oleh dokter yang berpraktik di RS St Elisabeth saat dia menjalani perawatan di RS itu beberapa waktu lalu.

Pada Selasa (16/12), Lestiyanto didampingi orangtua dan pengacaranya melaporkan dugaan malapraktik yang menimpanya ke Polresta Semarang Selatan. Yang dilaporkan dalam kasus dugaan malapraktik itu adalah dr Nindyawan E SpB serta pihak RS Elisabeth.

Lestiyanto menyatakan, pada 6 Mei lalu dia mengalami musibah kesetrum hingga mengakibatkan luka cukup serius di tubuhnya. Oleh keluarga, dia lalu dibawa ke RS Elisabeth untuk mendapatkan perawatan. "Pada tanggal 7 dan 9 Mei lalu tangan kiri saya dioperasi bedah dan dipimpin oleh dr Nindyawan," tuturnya.

Kala itu, tangan kirinya mengalami pembengkakan sehingga harus dioperasi untuk mengeluarkan cairannya. Dengan alasan tidak memiliki biaya lagi, dia bersama keluarga memutuskan keluar dari RS Elisabeth pada 15 Mei dan meminta rawat jalan.

Dalam masa rawat jalan itulah kondisi tangan kirinya dirasakan justru semakin memburuk. Kemudian pada 19 Mei, dia memeriksakannya ke RSUD Kota Semarang dimana dr Nidyawan juga berpraktik di RS itu. Tidak bertemu dengan dokter yang diharapkan, dia lalu menjalani pemeriksaan oleh seorang dokter lainnya di RSUD. "Dua hari setelah periksa (21/5) lengan kiri saya mengalami pendarahan. lalu oleh keluarga saya dibawa ke RS Roemani untuk mendapatkan perawatan," kata Lestiyanto.

Menurut ibu Lestiyanto, Lestari (49), dari hasil pemeriksaan dokter dinyatakan bahwa dari operasi yang pertama itu menyebabkan terjadinya pembusukan pada lengan kiri anaknya. "Dokter menyarankan agar segera diambil tindakan amputasi di lengan kiri karena dikhawatirkan pembusukan akan terus menjalar. Keluarga akhirnya menyetujui amputasi demi menyelamatkan anak saya," tutur Lestari.

Akhirnya pada 23 Mei dokter dari RS Roemani melakukan operasi amputasi dan pembersihan kembali kulit-kulit mati pada lengan kiri, jari-jari, dan alas kaki. "Saya berharap pihak RS Elisbeth dan juga dokter yang menangani pembedahan bersedia mengganti rugi agar anak saya bisa bekerja kembali. Lestiyanto adalah tulang punggung keluarga kami," katanya.

Terpisah, Humas RS St Elisabeth Dra Probowatie Tjondronegoro MSi Psikolog membenarkan Lestiyanto pernah dirawat di RS itu. Namun dengan alasan tertentu, pasien ternyata memilih pulang sebelum perawatan selesai. "Pasien itu memilih pulang atas permintaan sendiri. Karena pulang sebelum perawatan selesai, maka kami tidak menanggung risiko yang mungkin timbul setelah kepulangannya. Ada pernyataan tertulisnya," tutur Probo.

Terkait dugaan pasien mendapat perawatan seadanya, Probo membantahnya dan menyatakan pihaknya telah melakukan perawatan sesuai prosedur dan aturan yang ada. Menurutnya pihaknya telah menangani pasien sejak masuk hingga dirawat dengan baik.

sumber: suaramerdeka.com

No comments:

Post a Comment

walau halangan rintangan membentang tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran ! hhaha