Saturday, October 11, 2008

“Laskar Pelangi” dan Ketenangan SBY

Ambruknya harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan merosotnya nilai tukar rupiah sungguh mencemaskan, menyusul krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat. Bahkan, krisis keuangan di Negeri Paman Sam itu, dinilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai episentrum tsunami krisis ekonomi yang bepengaruh pada perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia.

Maka, tidak heran beberapa hari terakhir Presiden SBY sibuk dan mungkin pusing memikirkan bagaimana mengantisipasi krisis yang terjadi di Amerika Serikat itu. Karena itu, jangan heran pada Minggu (5/10) pun, jajaran menteri bidang ekonomi dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boedinono mengadakan rapat yang dipimpin pelaksana tugas Menteri Koordinator Perekonomian yang juga Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.

Keesokan harinya, Senin (6/10), SBY menggelar sidang kabinet paripurna yang diperluas di ruang sidang utama, gedung Sekretariat Negara. Rapat yang dihadiri semua menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para pengusaha, pimpinan perbankan nasional, pengamat ekonomi dan keuangan, serta para pemilik dan pemimpin redaksi media massa itu, berlangsung dari pukul 14.00 WIB dan baru berakhir menjelang magrib. Kenyataan itu membuktikan upaya sungguh-sungguh dari Kepala Negara, jajaran kabinet, dan stakeholder untuk mengamankan perekonomian nasional.

Di penghujung rapat itu, Presiden SBY menegaskan bahwa krisis keuangan di Amerika Serikat tidak akan menyebabkan Indonesia terjerembab lagi ke dalam krisis seperti yang dialami pada 1997-1998. Situasinya berbeda, baik politik maupun secara fundamental ekonomi. Meski demikian, diakui ekonomi Indonesia tidak akan aman-aman saja.


Rapat Lagi

Keesokan harinya lagi, Selasa (7/10), Gubernur BI Boediono dipanggil lagi ke Kantor Presiden. Sore harinya, sejumlah menteri dipanggil juga. Mereka menggelar rapat lagi sampai malam, membahas krisis keuangan Amerika dan pengaruhnya ter- hadap perekonomian Indonesia.


Tetapi, rapat demi rapat itu ternyata belum ampuh untuk menekan laju turunnya harga saham di BEI dan terperosoknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Puncaknya terjadi Rabu (8/10) siang, BEI benar-benar ambruk. Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun sampai 10,38 persen sampai akhirnya diputuskan perdagangan ditutup sementara (suspensi) pada pukul 11.00 WIB dan direncanakan dibuka lagi, Jumat (10/10).

Kondisi itu, menurut Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil, membuat Presiden SBY dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memanggil Direktur Utama BEI, Erry Firmansyah, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) MS Hidayat, dan para direktur utama BUMN. Mereka kembali menggelar rapat, Rabu (8/10) pukul 22.30 WIB. Rapat itu tidak ada dalam agenda Presiden yang diterima wartawan. Jadwal resmi Presiden SBY yang diterima para kuli tinta untuk Rabu (8/10) hanya dua, yaitu pada pukul 14.00 WIB mendengar pemaparan persiapan HUT TNI di Kantor Presiden dan pukul 19.00 WIB menonton film Laskar Pelangi di Blitz Megaplex Grand Indonesia.

Presiden dan rombongan memang akhirnya menonton film Laskar Pelangi yang sedang menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Film itu diangkat dari sebuah novel kisah nyata karya Andrea Hirata berjudul sama, Laskar Pelangi. Novel itu diperbincangkan banyak orang dan menjadi best seller di Indonesia karena kisahnya yang memukau dan nyata terjadi.

Presiden baru kembali ke kantor sekitar pukul 22.00 WIB. Mobil RI 1 yang membawanya langsung merapat di mulut kantor. Rapat pun baru mulai dilaksanakan sekitar pukul 22.30 WIB.

Rapat itu berakhir pukul 23.30 WIB. Pada pukul 23.24 WIB, perangkat Wapres Jusuf Kalla sempat sibuk stand by. Tetapi tiba-tiba sepi lagi. Sampai akhirnya pukul 23.45 WIB, Presiden SBY keluar dari kantor menuju Istana Negara, tempat tinggal resminya, dengan berjalan kaki. Presiden didampingi Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng. Sementara Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi mengikuti agak jauh di belakang. Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla baru keluar dari Kantor Presiden pukul 23.46 WIB, langsung tancap gas meninggalkan istana.

Satu kesan yang mengemuka, bahwa di tengah ancaman krisis, SBY tetap tenang. Dia tetap memenuhi semua agenda, termasuk menonton Laskar Pelangi, sebuah film edukatif , yang mengisahkan kegigihan anak bangsa berjuang untuk menggapai cita-cita. Film ini sangat layak tonton dan sangat inspiratif di tengah-tengah aneka persoalan yang mendera bangsa ini. Karena itu, tak perlu heran bila Presiden SBY pun tak hendak melewatkannya begitu saja.

Ketenangan Presiden menghadapi ancaman krisis patut diacungi jempol. Ketenangan dan sikap tidak mudah panik ini merupakan modal penting yang memungkinkan kita tidak terseret lagi pada krisis ekonomi berkepanjangan.

No comments:

Post a Comment

walau halangan rintangan membentang tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran ! hhaha